selamat sore, kali ini saya ingin posting mengenai karya tulis ilmiah buat tetem-temen yang sedang ada tugas membuat karya tulis ilmiah, tulisan saya boleh menjadi referensi.
FENOMENA TAWURAN PELAJAR DI INDONESIA
Diajukan untuk mengikuti Lomba Karya Ilmiah Remaja tingkat Kabupaten Bandung
Disusun oleh:
IRA SUMIATI
XI IPA 3
SMA NEGERI 1 CICALENGKA
Jln. H. Darham No. 42 Kec. Cicalengka Kab. Bandung
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur marilah kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat-Nya, penulis diberi kelancaran dalam meyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Dalam karya tulis ilmiah ini berisi pembahasan-pembahasan mengenai tawuran antarpelajar yang sekarang sedang marak-maraknya.
Karya tulis ilmiah ini disusun berdasarkan fakta yang ada juga ditambah dengan opini dari penulis. Namun penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis terbuka menerima segala kritik dan saran. Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi atas penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Cicalengka, Oktober 2012
Penyusun
ABSTRAKSI
Bentrok atau tawuran adalah kegitan tak bermoral yang dilakukan oleh orang-orang tak bermoral juga. Kegiatan ini biasanya didominasi oleh kaum laki-laki. Tawuran seperti irtu buka hanya pekerjaan rutin para pelajar, tetapi tak jarang juga warga masyarakat melakukan hal tidak manusiawi tersebut.
Dalam karya tulis ilmiah ini, dipaparkan secara jelas dan mendetail mengenai apa-apa yang berhubungan dengan dunia tawuran antarpelajar. Beberapa penyebab umum terjadinya suatu tawuran sampai masalah-masalah khusus yang menyebabkannya, seperti balas dendam.
Dari tawuran tentu menyisakan banyak sekali kerugain yang harus ditanggung oleh banyak pihak. Seluruh kerusakan yang terlihat harus dibayar dengan materi. Dampak psikologi pun tak luput menjadi dampak bagi para korbannya.
Pengertian, penyebab dan dampak tawuran, tentu ada juga cara-cara pencegahan terjadi tawuran antarpelajar yang mengharuskan semua pihak dan aspek saling bekerjasama agar budaya tawuran tidak dijadikan tradisi oleh para pelajar. Dan tindakan kuratif bagi pelakunya dikembalikan lagi kepada pihak berwenang dan sekolah untuk memberi rasa kapok bagi pelaku-pelaku tersebut.
Di atas merupakan uraian singkat mengenai apa-apa yang dibahas pada karya tulis ilmiah ini. Untuk lebih jelasnya, marilah kita bahas satu persatu dengan lebih rinci.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………..………………………………….ii
ABSTRKASI……………………………………………………………...………….iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………iv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….………….1
1.1. Latar Belakang……………………………………………………..……………..1
1.2. Batasan dan Rumusan Masalah……………………………….………………….1
1.3. Tujuan dan Manfaat…………………………………………….………………..2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………..………….3
2.1. Landasan Teori…………………………………………...………………………3
2.2. Pengertian Tawuran Antarpelajar……………………...…………………………4
2.3. Penyebab Tawuran Antarpelajar………………………………………………….4
2.4. Dampak Tawuran Antarpelajar………………………………….……………….6
2.5. Pencegahan Tawuran Antarpelajar……………………….………………………7
BAB III PENUTUP……………………………………………..…………………….9
3.1. Kesimpulan…………………………………………………….…………………9
3.2. Saran………………………………………………………………………...……9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Baru-baru ini kita dikagetkan dengan berita meninggalnya seorang siswa SMA akibat tawuran pelajar. Sebenarnya siswa malang tersebut tidak ikut-ikutan dalam kegiatan anarkis itu. Hanya saja segerombolan anak SMA lain dengan brutal menyerangnya sampai ia meninggal akibat luka bacok di dadanya. Ada juga korban lain yang tak sampai tewas, mereka hanya mengalami beberapa luka berat.
Sebenarnya tawuran remaja bukan hal baru bagi kita semua. Bahkan tawuran pelajar terkesan sudah menjadi budaya turun termurun bagi bangsa Indonesia. Setiap tahun pun selalu terjadi kenaikan jumlah tawuran antarpelajar. Penyebabnya sangatlah beragam, biasanya diawali dengan rasa dendam salah satu orang siswa dan langsung menyebar kepada yang lainnya. Kadang-kadang juga alumni atau siswa yang dikeluarkan dari sekolah tersebut bisa menjadi provokasi atas terjadinya tawuran pelajar.
Tentunya tawuran pelajar sangat berdampak negatif bagi semua pihak, baik pelakunya sendiri beserta keluarga juga masyarakat sekitar. Tak jarang juga tawuran tersebut bisa merusak fasilitas umum. Untuk itu, peran kita semua untuk bisa mencegah tawuran antarpelajar. Kita sebagai pelajar seharusnya tidak memberi contoh buruk kepada adik kelas atau sekolah lain dengan adanya tawuran pelajar. Kita pun harus saling meningatkan betapa buruknya dampak yang diakibatkan setelah tawuran.
1.2.Batasan dan Rumusan Masalah
Mengingat masalah yang ditimbulkan dari tawuran pelajar sangatlah banyak dan kompleks, sehingga tidak memungkinkan bagi penulis untuk membahas semua masalah itu. Oleh karena itu, dalam karya ilmiah ini, penulis akan membatasi ruang lingkup pembahasannya, diantaranya sebagai berikut.
1) Pengeritan tawuran antarpelajar
2) Penyebab tawuran antarpelajar
3) Dampak tawuran antarpelajar
4) Pencegahan tawuran antarpelajar
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam beberapa kalimat tanya berikut ini,
1) Apa yang dimaksud dengan tawuran antarpelajar?
2) Mengapa sering terjadi tawuran antarpelajar?
3) Mengapa tawuran antarpelajar bisa menjadi budaya di Indonesia?
4) Apa dampak yang diakbiatkan dari tawuran antarpelajar?
5) Bagaimana cara untuk mengatasi tawuran antarpelajar?
1.3.Tujuan dan Manfaat
Secara umum, tujuan adanya pembahasan ini adalah untuk memberi gambaran tentang bagaimana budaya tawuran di Indonesia bisa “terpelihara” dengan baik kepada semua pihak dan khususnya kepada pelajar itu sendiri. Agar tidak ada lagi korban-korban tak bersalah akibat tawuran dan budaya tawuran mengilang dari bumi Pertiwi.
Diharapkan dengan adanya pembahasan ini bisa memberi manfaat bagi semua pihak, khususnya penulis sendiri. Dan bagi pembaca dapat memahami tentang betapa buruknya tawuran antarpelajar itu sendiri. Dengan harapan kepada pembaca untuk tidak mengikuti jejak senior yang gemar bertawuran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Landasan Teori
Tawuran pelajar adalah bentuk kegiatan anarkis dan brutal yang dilakukan oleh dua kelompok atau lebih yang saling menyerang. Bukan hanya bagi pelajar saja, tawuran juga sering dilakukan oleh para mahasiswa. Alat yang biasa digunakan dalam tawuran berupa senjata tajam seperti samurai, celurit, gesper berkepala gear, dan lain-lain. Dan mereka yang tidak membawa senjata biasa mengunakan kayu, batu dan benda tumpul lainnya. Peristiwa tawuran biasa terjadi di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya dan Medan.
Dari data kepolisian di Jakarta diperoleh kenaikan angka tawuran setiap tahunnya. Tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus.
Dan tawuran pelajar yang beritanya masih hangat adalah penyerangan sekelompok siswa SMA Negeri 70 kepada SMA Negeri 6 di Jakarta yang menewaskan seorang siswa SMA Negeri 6, yaitu Alwy Putra Yustianto. Keributan antara siswa SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 70 ini berlangsung setelah jam pulang sekolah. Sekumpulan siswa SMA Negeri 6 yang hendak pulang tengah menuju ke arah Bulungan diserang oleh siswa dari SMA Negeri 70. Akibat kalah jumlah, siswa SMA Negeri 6 terpaksa melarikan diri. Naas, Alawy beserta ketiga temannya Farouq, Dimas dan Zurah yang saat itu berada di barisan depan menjadi sasaran. Farouq menderita luka di jari tangan, Dimas terluka di pelipis sementara Zurah di bagian lengan dan punggung.
2.2.Pengertian Tawuran Antarpelajar
Seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori di atas, tawuran anarpelajar adalah kegiatan anarkis dan brutal yang dilakukan oleh dua kelompok pelajar atau lebih yang saling menyerang, biasanya laki-laki. Dalam kenyataanya tawuran tidak hanya dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa saja, tak jarang warga masyarakat pun melakukan tindakan tak manusiawi itu.
Pertanyaannya, mengapa tawuran begitu membudaya bagi bangsa Indonesia? Seringkali kita mendengar berita tentang tawuran atau bentrokan di suatu daerah dengan seribu macam penyebabnya. Tawuran seakan telah menjadi budaya turun temurun bagi bangsa Indonesia. Entah tradisi apa yang dipertahankan dalam kegiatan tawuran itu sendiri. Kesetiakawanan? Mengenai factor-faktor penyebab tawuran antarpelajar akan dibahas pada subbab berikutnya.
2.3.Penyebab Tawuran Antarpelajar
Banyak yang beranggapan bahwa tawuran pelajar hanya dilakukan oleh pelajar-pelajar swasta yang tak banyak mengenyam banyak etika moral dan agama. Anggapan seperti itu memang tidak bisa disalahkan karena siswa-siswa terdidik dan bermoral baik sangat kecil kemungkinan untuk melakukan tawuran.
Tapi mengapa tawuran banyak terjadi di kota-kota besar yang identik dengan orang-orang terpelajarnya? Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya tawuran pelajar, diantaranya sebagai berikut.
Pertama, dipicu oleh masalah keluarga. Biasanya siswa-siswa yang melakukan tawuran berasal dari keluarga dengan ekonomi rendah. Mereka mendapat asauhan dari orang tua yang kuang terdidik, di sekolah pun ia bergaul dengan siswa lain yang memiliki moral kurang baik. Tapi tak semua pelaku tawuran berasal dari keluarga berekonomi rendah jika orang tua mereka menanamkan moral dan agama yang baik. Pelaku tawuran juga bisa mereka-mereka yang berasal dari keluarga menengah ke atas. Mereka-mereka itu adalah anak-anak yang berasal dari keluarga broken home atau kurang perhatian dari orang tuanya. Mereka cenderung melakukan hal-hal negatif agar bisa mendapat perhatian dari orang tua mereka.
Kurangnya pengertian orang tua tehadap karakter pribadi anak. Mereka cenderung tidak memahami bagaimana kepribadian seorang anak. Kebanyakan orang tua senang bertindak otoriter, menetapkan bagaimana Si Anak harus berperilaku yang tidak sesuai dengan keinginannya, mengharuskan Si Anak berprestasi di luar kemampuannya dan terkesan memaksa. Dan jika anak itu tidak mau menurut, jalan terakhir adalah dengan kekerasan. Maka di luar pengawasan orang tua, anak tersebut melakukan hal-hal yang tidak terpuji untuk mengekspresikan kekesalannya terhadap orang tuanya.
Kedua, akibat salah pergaulan. Anak-anak sekolah biasanya membentuk suatu kelompok bermain yang memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi. Bagi kelompok atau genk yang positif, tentunya sangatlah menguntungkan. Tapi tidak bagi kelompok atau genk yang bercitra negatif, rasa kesetiakawanan itu dijadikan suatu alibi untuk membuat para anggotanya mengikuti apapun yang diperintahkan oleh ketua genk tersebut, termasuk mengikuti tawuran. Nah, bagi anak-anak korban broken home tentu peluang untuk mudah terpengaruh hal negatif itu akan lebih besar.
Sudah menjadi tradisi turun temurun apabila suatu sekolah memiliki musuh bebuyutan. Dengan masalah awal seperti salah paham, kalah dalam pertandingan atau bahkan dendam individu. Dalam hal ini alumni atau senior tentu pengaruhnya sangatlah besar, mereka bisa saja menjadi provokator terjadinya suatu tawuran.
Ketiga, faktor sekolah dan pendidikan yang ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan Indonesia. Kurikulum pendidikan di Indonesia bisa dibilang cukup monoton dan membosankan, sehingga tidak membuat para siswa bergairah untuk belajar. Waktu belajar yang cukup lama dengan liburan yang sedikit pun cukup membuat siswa-siswa lelah belajar dengan tugas-tugas yang banyak. Dengan begitu siswa lebih merindukan liburan daripada kegiatan pokoknya, yaitu belajar.
Kemudian peran guru dipertanyakan dalam profesinya mendidik dan mengajar para siswa. Guru sekarang cenderung hanya mengajar saja, dengan kata lain mengesampingkan peran mereka sebagai pendidik. Yang mereka aplikasikan adalah bagaimana cara menyampaikan kurikulum pendidikan yang ditetapkan pemerintah. Dan yang paling disayangkan, sekarang ini, guru hanyalah seorang pelaksana aturan sekolah dan penghukum bagi siswa yang melanggar aturan. Padahal tugas terpenting guru adalah mendidik siswa-siswa bagaimana seharusnya mereka berperilaku sewajarnya anak sekolah. Generasi muda bangsa sangatlah ditentukan oleh bagaimana ia didik dan diajar oleh gurunya (setelah didikan orang tua).
Barulah di luar sekolah, di luar pengawasan guru-guru, mereka melakukan hal-hal sesuai keinginan mereka yang tidak bisa dilakukan di sekolah yang biasanya mengarah pada hal negatif.
Keempat, lemahnya penanganan pemerintah dan kekurangtegasan penegak hukum. Pelaku tawuran hanya diberi ganjaran berupa penggundulan rambut dan sedikit wejangan mengenai dampak buruk tawuran. Tapi tentu saja hal itu tidak memberikan efek jera kepada para pelaku. Seharusanya ada cara lain yang lebih efektif untuk mencegah maraknya tawuran.
Beberapa penjelasan di atas merupakan penyebab umum terjadinya tawuran antarpelajar. Namun terdapat seribu satu macam penyebab khusus yang dapat menyebabkan tawuran pelajar. Salah satunya adalah dendam pribadi karena ia tidak diterima di sekolah SMA Negeri yang ia harapkan. Oleh karena itu, ia memprovokasi teman-teman lain untuk menyerang SMA Negeri yang sudah mengecewakannya itu.
2.4.Dampak Tawuran Antarpelajar
Segalam macam bentuk tawuran tentunya sangatlah merugikan berbagai pihak dan aspek. Dimulai dari diri sendiri, keluarga, sekolah, mayarakat dan pemerintah. Tak hanya dampak fisik yang ditimbulkan dampak psikologi pun menjadi salah satu akibat negatif dari tawuran antarpelajar. Berikut ini beberapa dampak yang ditimbulkan akibat tawuran antarpelajar.
1) Cedera atau bahkan kematian bagi pelaku tawuran.
2) Merusak nama baik keluarga.
3) Trauma bagi mereka yang menjadi korban dalam tawuran.
4) Rusaknya fasiltas umum, seperti kendaraan umum dan halte, serta fasilitas pribadi seperti toko.
5) Mengganggu aktivitas orang lain, karena adanya tawuran dapat membuat kemacetan.
6) Mengganggu rutinitas belajar mengajar di sekolah bersangkutan, juga mencemarkan nama baik sekolah.
7) Kerugian materi juga karena rusaknya fasilitas-fasilitas umum.
8) Meresahkan warga sekitar yang dijadikan tempat tawuran.
9) Penambahan masalah bagi pemerintah.
10) Berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain.
Setidaknya ada sepuluh kerugian yang ditimbulkan dengan adanya tawuran. Masih banyak lagi kerugian-kerugian khusus yang ditimbulkan oleh adanya tawuran antarpelajar.
2.5.Pencegahan Tawuran Antarpelajar
Sudah menjadi kewajiban semua pihak untuk bisa mencegah tawuran antarpelajar. Semua pihak itu bukan berdiri sendiri, berjuang sendiri memberantas tawuran, tetapi semua pihak dan aspek bekerja sama dalam melakukan pencegahan tawuran. Agar tidak ada lagi korban meninggal yang tak tahu apa-apa, tidak menjadi tradisi turun temurun bagi bangsa Indonesia, serta untuk sedikit membantu mengurangi permasalahan bangsa Indonesia.
1) Peran Keluarga. Orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu mendidik anak-anaknya dengan baik, memahami karakter anak, tidak bertindak sesuka hati yang cenderung otoriter. Keharmonisan keluarga pun dapat menjadi salah satu penunjang baik tidaknya sikap seorang anak. Dan yang paling penting adalah kontrol yang cukup namun tidak berlebihan terhadap pergaulan anak itu sendiri.
2) Peran Guru dan Sekolah. Membuat suatu program yang membuat siswa tidak cepat bosan saat belajar, seperti diadakannya praktikum atau belajar di luar ruangan. Memberi ketegasan kepada para guru bahwa tugas pokok guru adalah sebagai pendidik dan barulah pengajar yang kedua. Tak lupa juga mengawasi setiap tindak tanduk para siswa dan memahami karakternya.
3) Peran Masyarakat. Lingkungan sangatlah berpengaruh terhadap pembentukan karekter seorang anak. Jika ia tinggal di lingkungan yang baik, sikapnya pun akan baik. Begitu pula sebaliknya, jika ia tinggal di lingkungan yang buruk, sikapnya pun akan terpengaruh buruk. Untuk menciptakan suatu lingkungan yang baik merupakan kerjasama seluruh lapisan masyarakat dalam membangunnya. Contohnya seperti membuat Karang Taruna.
4) Peran Pemerintah. Maraknya tawuran pelajar diduga akibat lemahnya kinerja pemerintah. Maka dari itu, untuk mencegah tawuran antarpelajar pemerintah harus lebih giat melakukan tindakan pencegahan seperti dilakukannya penuluhan dari pihak kepolisian.
Pemaparan di atas merupakan tindakan-tindakan preventif dalam menangani tawuran antarpelajar. Bagaimana dengan cara mengatasi para pelaku tawuran yang sudah melakukan tawuran?
Cara yang masih digunakan saat ini adalah dengan penggundulan para pelaku dan sedikit peringatan, namun cara seperti itu tidak memberikan efek jera bagi para pelakunya. Untuk memberi pelajaran kepada para pelaku tawuran yang memberikan efek jera, harus dibuat suatu program atau hukuman yang lebih berat, namun tidak membuat siswa itu sakit hati dan semakin brutal. Contohnya seperti hukuman dalam bentuk “Pelayanan Masyarakat” yang harus dilakukan rutin olehnya selama satu tahun atau lebih, sesuai sejauh mana akibat tawuran yang ditimbulkannya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sesuai dengan pembahasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa tawuran antarpelajar merupakan tindak kriminal meskipun dilakukan oleh anak-anak di bawah umur yang sangat merugikan berbagai pihak dan aspek. Penyebabnya beragam, mulai dari balas dendam pribadi sampai masalah musuh bebeyutan turun temurun yang diprovokasi oleh alumni atau senior.
Dampak yang ditimbulkan pun negatif. Dampak yang terlihat contohnya seperti korban jiwa, kerusakan fasilitas umum dan terganggunya proses belajar mengajar sekolah bersangkutan. Namun yang lebih parah adalah dampak psikolgi yang dihasilkannya. Bagi mereka yang menjadi korban tetapi tidak ikut dalam proses tawuran itu sendiri, akan menimbulkan dampak trauma. Dan bagi pelakunya adalah berkurangnnya rasa toleransi, nilai dan norma terhadap orang lain.
Pencegahan tawuran antarpelajar merupakan tugas bagi semua pihak, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat dan juga pemerintah. Dan bagi yang sudah terlanjur mengikuti tawuran, diberikan hukuman yang memberi efek jera.
3.2. Saran
Tawuran identik dengan dunia sekolah, namun bukan hanya sekolah yang memiliki kewajiban dalam mencegah dan mengatasi tawuran. Kita semua sebagai warga negera Indonesia berkewajiban dalam mencegah dan mengatasi tawuran. Yang paling dasar untuk mencegah tawuran adalah pendidikan yang diterapkan oleh orang tua juga guru di sekolah. Pemerintah pun turut andil dalam masalah tawuran ini. Lemahnya kinerja pemerintah harus diperbaiki dalam menangani segala masalah, bukan hanya tawuran pelajar saja. Dan yang harus ditekankan adalah pengawasan pemerintah terhadap jalannya pendidikan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Abdi Guru. 2004. Geografi SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga
Gg
BalasHapus